Minggu, 12 Juli 2009

inilah calon presiden pilihan saya (posting iseng - ih seneng)

Dear sahabat blogger,

Masa edar posting lama hampir habis. Saya sedang menyiapkan sebuah posting baru tetapi masih belum "layak tayang" tagal masih ada yang harus diperiksa kembali. Tetapi keinginan untuk membuat posting baru amatlah kuat....sooo....so what giiicyyyuuu loohhh ...... hhmmhhhhhh .... Naaaaahhhh, ada jalan, begini:

Masa kampanye pilpres sudah selesai. Ke-tiga pasangan Capres/Cawapres sudah unjuk gigi, unjuk kebolehan, termasuk unjuk janji dan unjuk bohong (walaaahh....supaya konsisten dengan posting lama saya saya ganti saja menjadi...), .... unjuk kompetensi lupa-lupa ingat...lupa kelakuan diri sendiri tetapi ingat betul kesalahan orang lain....wwwrrrrrrrr.......capeeeek deh....maka, jujur saja: saya bosan. Betapa tidak, Mega-Pro (sebenarnya saya menyukai pasangan ini tapi...) agak membosankan. SBY-Berboedi paling suka ja'im tapi mamma miaaaa,... justru paling gemar "mengolok-olok orang lain. SBY pernah mengaku dikeroyok padahal entah apa namanya jumlah koalisi pro SBY yang amat banyak itu ketimbang lawan-lawannya. Lebih tidak nyaman lagi bagi saya adalah ketika dalam debat terakhir SBY terlihat "cuci tangan " dihadapa isu iklan "pilpres 1 putaran". Kasiha Denny JA karena tidak "diakui" oleh SBY. "Dia bukan bagian dari tim kampanye saya", begitu kata SBY. JK-Win, sebenarnya paling atraktif, Lucu dan menggemaskan. Tapi ya itu loh....lupa-lupa ingatnya amat kuat...ingat kesalahan SBY lupa bahwa dia juga bagian dari pemerintahan SBY.......Kesimpulannya? Saya masih harus menunggu hari-hari terakhir menjelang d-day, 08 Juli 2009....itupun jika pemilu jadi dilaksanakan 8 Juli karena...konon...Mega-Pro dan JK-Win masih mempersoalkan DPT (daftar pemilih terkacau) yang tetap amburadul. Kata berita di www.tempo interaktif.com "Dikhawatirkan 30 Juta Orang Tak Bisa Memilih" ..... bujuuuu buneeenggg....mamma tana yaaaeeeeeee.....

Jikalau berita itu benar, mohon maaf, dengan keyakinan bahwa pemilu adalah wadah ekspresi kedulatan rakyat dan ketika partisipasi rakyat dicedarai maka, bagis saya, pilpres 2009 adalah sebuah "perselingkuhan". Perbuatan serong yang merampas kedaulatan rakyat. Kata pemerintah...waaah, itu urusan KPU. Kata KPU...walaaaahhh....DPT berasal dari Mendagri. Siapa salah siapa benar? Hanya Tuhan yang tahu. Tetapi saya masih berbaik sangka. Sebelum berita itu terbukti benar maka masih ada 1-2 hari ke-depan bagi saya untuk memutuskan ikut tidaknya dalam proses pilpres 2009. But, time is running out. Bagaimana jika masalah itu kembali tidak berujung pangkal atau pangkalnya dianggap tiada lalu ujungnya dipaksa juga untuk ditegakan...sebelum diduga macam-macam, maksud saya adalah: ...akar masalah DPT diabaikan lalu tanggal 8 Juli 2009 pemilu berjalan bagai business as usual. Benakah? Ya, mbuh. Lagi-lagi hanya Tuhan yang tahu. Jikalau benar skenario buruk itu yang terjadi maka mohon dimaafkan karena saya terpaksa memilih capres-capres lain. Dan inilah mereka:

1. Bob Dylan
2. Iwan Fals
3. Mick Jagger dan the Rolling Stones-nya

haaaaaaaaaa??????? apa-apaan ini???? ... ya begitulah keinginan saya... ini blog saya dan saya berdaulat di blog ini kan???? .... ha ha ha ha.....Maksud saya, dari pada pusing-pusing mikirin pilpres yang kurang bermutu ini lebih baik saya mendengar lagu-lagu ciamik dari 3 tokoh musik yang paling mendekati warna suasana hati saya. Apa saya ini? Sudah barang tentu untuk menguraikan siapa saya ada filsafatnya (dan akan saya postingkan nanti) tetapi mungkin di balik semua "kedogolan" saya, maka saya sebenarnya adalah "orang dengan semangat anti kemapanan yang amat kuat". Betulkah itu adalah saya seluruhnya? TIDAK JUGA karena sesungguhnya saya adalah manusia paradoks dan oleh karena itu....uuuupsssss stop sampai di sini saja dahulu karena saya tidak ingin banyak bacot tentang perkara ini...lain kali saja.....

Sekarang, back to the laptop, mengapa 3 manusia di atas saya pilih sebagai caprem ...eh ini bukan salah ketik...CAPREM (calon presiden musik...wkwkwkwkwk....).

Pertama, semua ketiganya punya semangat anti kemapanan yang amat kuat. Bagi mereka, hidup bukanlah hal statis dan establish. Hidup harus terus bergerak dan berubah. Jagger dan The Rolling Stones adalah pelopor generasi bunga yang menghantam kemapanan yang dibawa oleh the Beatles. Jika the Betales tampil rapih maka Jagger dkk. urakan. Mereka menjadi pioner generasi hipies dalam dunia musik. Jangan salah, idea yang dibawa oleh flower generation bukan hanya melanda kaum pemusik tetapi juga merasuki hampir semua budaya mapan di dunia. Lalu bagaimana Bob Dylan? Robert Zimmerman, nama asli Bob Dylan, sejatinya adalah pengikuti The Rolling Stones tetapi spesialisasinya lain. Bagi Bob Dylan, bermusik adalah alat yang digunakan sebagai media penyampai aspirasi politik dari young flower generation yang menentang ketidakberesan politik negara. Bob Dylan berani, amat berani, mengkritik negaranya sendiri USA dalam urusan Perang Vietnam yang memang tak jelas moralitasnya itu. Musik protes semacam ini menjaid trend besar di akhir 1960-an dan mereka berhasil. Nixon memutuskan berhenti berperang di Vietnam. Lalu, bagaimana Iwan Fals? Tak diragukan lagi. Kota Bandiung yang amat Stones Mania di tahun 1970-an rasanya ikut membentuk ide-idenya bemusik. Lalu, bukan cuma itu, menuut pengakuannya sendiri di tahun 1980-an, Bob Dylan menjadi inspirasinya. Keberanian Iwan tidak main-main, ketika semua pemusik, dan bahkan kebanyakan masyarakat tidur tiarap di hadapan pemerintah ORBA yang anti demokrasi itu, Iwan Fals berteriak keras.....BONGKAR....dan dia dimusuhi pemerintah ORBA serta kaki tangannya. Lalu, saya ingat betul dalam salah satu wawancara di TV bersama seorang tokoh pergerakan mahasiswa di tahun 1998 yang mengkui bahwa lagu-lagu Iwan Fals menjadi salah satu sumber semangat bagi perjuangan mereka. Dan, mereka berhasil. Ya, mereka adalah generasi penikmat Iwan Falz yang tegar melawan ketidakadilan. Iwan Fals bukan bertipe penyanyi oportunis bayaran yang dengan mudah mendendangkan lagus setipe jingle indomie-SBY. Mental Iwan bukan mental lunak sepert itu.

Kedua, selain beridealisme anti kemapanan (...sama seperti saya ehemmm...), adalah persistensi mereka dalam bermusik. Caprem pilihan saya adalah orang yang terus berkarya bertahun-tahun tak ada hentinya. Elvis berjaya antara 1957 - 1977 setelah itu frustrasi dan mati. Jacko berjaya antara 1968 - 1990-an. Sepuluh tahun terakhir sudah tidak ada lagi karyanya yang gemilang. Hidupnya digerogoti skandal skandal. Lalu, frustrasi dan mati. Freddy Mercury dimana? Bercinta overdosis membuat dia meregang nyawa tagal AIDS. Nah, tiga caprem saya itu, memang tidak bebas dari perkara kontroversial, tetapi lihatlah: Jagger dkk, berkarya sejak 1962 - hari ini. The Rolling Stones masih terus merekam dan menguasai panggung konser sebagai group dengan bayaran termahal. Penonton konsernya di Brazil yang berjumlah 2.5 juta orang di tahun 2007 adalah sebuah rekor dunia yang belum terpecahkan. Album terakhir Bob Dylan dengan mudah menempati anak tangga # 1 di chart lagu dan album, baik di Amerika maupun di Inggris padahal dia sudah berkarya sejak tahun 1964. Iwan Fals masih amat disegani di Indonesia dan masih terus memproduksi lagu-lagu hits yang baru kendati dengan tema yang lebih soft. Berkali-kali diajak terlibat dalam politik praktis tetapi Iwan menolak. Komitmentnya hanya untuk bermusik. Iwan pantas dihormati atas sikapnya itu.

Ketiga, jika diperhatikan amat sangat, suara ketiga caprem saya tersebut sesungguhnya tidaklah merdu-merdu amat. Bahkan menurut saya, Bob Dylan tidak sedang bernyanyi melainkan menggerutu. Iwan Fals lebih sering kedengaran sedang berteriak dan bukannya bernyanyi. Suara Mick Jagger yang melayang ringan itu sebenarnya terdengar seperti sekedar aliran udara yang didesak keluar dari tenggorok lalu melintasi lidah panjangnya dan akhirnya tersebar kemana-mana melalui bibir super ndower-nya itu. Nggak merdu.

Lalu, mengapa 3 variabel itu, yaitu anti kemapanan, persistensi bermusik dan suara yang biasa-biasa menjadi tolok ukur? Ada jawaban yang amat filosofis tetapi mohon maaf, saya simpan saja dahulu. Mudahnya begini: tak pernah mau diam adalah wujud manusia yang harus selalu berbuat. Bekerja dan membuat perubahan. Persistensi adalah hal yang bertalian dengan konsistensi dan komitmen. Akhirnya, suara yang biasa-biasa menggambarkan bahwa sesungguhnya kita adalah manusia biasa. Manusia fana yang mudah keliru. Manusia rata-rata tetapi adalah Rahmat-NYA maka kita diberkati Tuhan dengan talenta. Sukuri lah talenta dari Tuhan (bandingkan dengan MJ yang "menolak berkulit hitam" - Quincy Jones). Bekerja secara konsisten guna mewujudkannyatakan rasa sukur kita. Sisanya adalah "C'est La Vie". God Will Bless Us

Mari bantu saya menikmati musik-musik anti kemapanan dan persisten dari 3 caprem pilhan saya.


Please
listen and have enjoy, my friends


Tabe Tuan Tabe Puan